Social Items

Jasa Ekspedisi
Jakarta - Menteri Agama, Tidak Ada Lagi Perbedaan Dalam Menentukan Lebaran. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjamin tak akan ada lagi perbedaan pendapat dalam penentuan awal Ramadan maupun Lebaran atau Idul Fitri mulai tahun ini. Soalnya dua organisasi massa, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah bersepakat menyamakan metode dan kriteria untuk menetapkan kalender hijriah nasional.

Menteri mengaku telah berkomunikasi dengan otoritas di NU dan Muhammadiyah tentang penyamaan metode dan kriteria. Pada pokoknya, semua berkomitmen agar tak ada lagi perbedaan pendapat dalam penentuan Ramadan dan Lebaran.

Lukman Hakim Saifuddin (Menag)

Semua sudah memiliki kesamaan niat agar ini bisa pada kriteria yang sama pada cara pandang pemahaman yang sama. Selama ini Muhammadiyah memang kerap berbeda menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal, sedangkan Pemerintah kerap satu pandangan dengan NU. “Kita kemarin diskusi dengan muzakarah dengan Muhammadiyah, alhamdulillah semua pimpinan Muhammadiyah hadir, ada kesamaan tujuan cara pandang,” kata Menteri di kantornya di Jakarta, Senin, (4/5).

Perbedaan penentuan awal Ramadan atau pun Lebaran terjadi karena ketidaksamaan metode dan kriteria. NU menggunakan dua metode, yakni hisab (perhitungan matematis dan astronomis) dan rukyat (pengamatan pada bulan sabit atau hilal). Sedangkan Muhammadiyah menerapkan pada metode hisab saja.

Bagi NU, usia bulan telah dipastikan berdasarkan metode hisab. Tetapi, sesuai perintah Hadist, perhitungan berdasarkan hisab harus dibuktikan secara empirik, yakni melihat langsung penampakan Bulan. Soalnya Bulan bisa saja tak tampak karena terhalang, misalnya, awan.

Muhammadiyah meyakini bahwa sesuai Hadist pula, awal Ramadan atau pun Lebaran cukup ditentukan berdasarkan Hisab, tak perlu rukyat. Karena itu, Muhammadiyah selalu lebih awal memastikan memulai dan mengakhiri berpuasa. Selain perbedaan penggunaan metode itu, ada pula perbedaan kriteria dalam imkanur rukyat atau mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Imkanur rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab.

Ada yang menetapkan tingkat ketinggian hilal untuk dapat diamati pada ketinggian kurang 0 derajat, lebih dari 2 derajat, dan 0 sampai 2 derajat.  Ada juga yang berpendapat bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat, hilal tidak mungkin dapat dilihat sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini.

Muhammadiyah telah mengumumkan awal puasa pada 18 Juni 2015. Sementara Idul Fitri jatuh pada 17 Juli 2015. JakartaForum/Hidayat Nur

Menteri Agama, Tidak Ada Lagi Perbedaan Dalam Menentukan Lebaran

New Jakarta Forum
Jakarta - Menteri Agama, Tidak Ada Lagi Perbedaan Dalam Menentukan Lebaran. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjamin tak akan ada lagi perbedaan pendapat dalam penentuan awal Ramadan maupun Lebaran atau Idul Fitri mulai tahun ini. Soalnya dua organisasi massa, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah bersepakat menyamakan metode dan kriteria untuk menetapkan kalender hijriah nasional.

Menteri mengaku telah berkomunikasi dengan otoritas di NU dan Muhammadiyah tentang penyamaan metode dan kriteria. Pada pokoknya, semua berkomitmen agar tak ada lagi perbedaan pendapat dalam penentuan Ramadan dan Lebaran.

Lukman Hakim Saifuddin (Menag)

Semua sudah memiliki kesamaan niat agar ini bisa pada kriteria yang sama pada cara pandang pemahaman yang sama. Selama ini Muhammadiyah memang kerap berbeda menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal, sedangkan Pemerintah kerap satu pandangan dengan NU. “Kita kemarin diskusi dengan muzakarah dengan Muhammadiyah, alhamdulillah semua pimpinan Muhammadiyah hadir, ada kesamaan tujuan cara pandang,” kata Menteri di kantornya di Jakarta, Senin, (4/5).

Perbedaan penentuan awal Ramadan atau pun Lebaran terjadi karena ketidaksamaan metode dan kriteria. NU menggunakan dua metode, yakni hisab (perhitungan matematis dan astronomis) dan rukyat (pengamatan pada bulan sabit atau hilal). Sedangkan Muhammadiyah menerapkan pada metode hisab saja.

Bagi NU, usia bulan telah dipastikan berdasarkan metode hisab. Tetapi, sesuai perintah Hadist, perhitungan berdasarkan hisab harus dibuktikan secara empirik, yakni melihat langsung penampakan Bulan. Soalnya Bulan bisa saja tak tampak karena terhalang, misalnya, awan.

Muhammadiyah meyakini bahwa sesuai Hadist pula, awal Ramadan atau pun Lebaran cukup ditentukan berdasarkan Hisab, tak perlu rukyat. Karena itu, Muhammadiyah selalu lebih awal memastikan memulai dan mengakhiri berpuasa. Selain perbedaan penggunaan metode itu, ada pula perbedaan kriteria dalam imkanur rukyat atau mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Imkanur rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab.

Ada yang menetapkan tingkat ketinggian hilal untuk dapat diamati pada ketinggian kurang 0 derajat, lebih dari 2 derajat, dan 0 sampai 2 derajat.  Ada juga yang berpendapat bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat, hilal tidak mungkin dapat dilihat sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini.

Muhammadiyah telah mengumumkan awal puasa pada 18 Juni 2015. Sementara Idul Fitri jatuh pada 17 Juli 2015. JakartaForum/Hidayat Nur

Konsultan HRD
Konsultan SDM
Top Negin Saffron
Menteri Agama, Tidak Ada Lagi Perbedaan Dalam Menentukan Lebaran