Jakarta - BKPM targetkan Realisasi Investasi Sebesar Rp 3.500 Triliun, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan pihaknya menargetkan dapat menarik minat investasi yang diwujudkan melalui pengajuan Izin Prinsip (IP) ke BKPM, hingga Rp 7.000 Triliun selama periode 2015-2019 atau dua kali lipat dari target realisasi investasi periode tersebut.
BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 3.500 Triliun, periode lima tahun mendatang. Jumlah realisasi tersebut merupakan kontribusi sektor investasi guna menopang target rata-rata pertumbuhan ekonomi 7% yang ditetapkan pemerintah,kata Franky dalam keterangan resminya, hari ini (7/6).
“Berdasar analisis BKPM, selama ini rata-rata rasio realisasi investasi sebesar 40%-50% dari nilai rencana investasi yang diajukan izin prinsipnya ke BKPM. Artinya untuk mencapai realisasi investasi sebesar Rp 3.500 Triliun, BKPM membutuhkan pengajuan Izin Prinsip hingga Rp 7.000 triliun.
“Berdasar analisis BKPM, selama ini rata-rata rasio realisasi investasi sebesar 40%-50% dari nilai rencana investasi yang diajukan izin prinsipnya ke BKPM. Artinya untuk mencapai realisasi investasi sebesar Rp 3.500 Triliun, BKPM membutuhkan pengajuan Izin Prinsip hingga Rp 7.000 triliun.
Sementara itu, stok Izin Prinsip antara tahun 2010-April 2015 yang diharapkan dapat terealisasi dalam kurun waktu 2015-2019 sebesar Rp 4.125 Triliun. Oleh karena itu BKPM masih harus mengejar minat investasi yang diajukan Izin Prinsipnya hingga sebesar Rp 3.000 Triliun,”urai Franky .
Perhitungan kebutuhan minat investasi yang harus dikejar BKPM.Target tersebut memang cukup berat mengingat kondisi perekonomian global yang cenderung melambat. Namun demikian, dirinya tetap optimis bahwa BKPM dapat memenuhinya karena masih tingginya minat investasi ke Indonesia. Dia merujuk kepada hasil kunjungannya ke Jepang, baru-baru ini (25-29 Mei), dimana investor Jepang cukup agresif merencanakan investasi, baik perluasan maupun investasi baru.
Demikian halnya yang dirasakan ketika BKPM melakukan kegiatan pemasaran investasi di Tiongkok Korea Selatan dan Taiwan. “Investor Jepang meminati sektor-sektor baru seperti properti, peternakan, rumah sakit, perkapalan dan lain-lain. Di sektor tradisionalnya seperti otomotif, petrokimia dan baja yang juga mengalami peningkatan melalui perluasan investasi,”tambah Franky.
BKPM, sepanjang periode Oktober 2014-Mei 2015 tercatat mengawal minat investasi yang diharapkan segera masuk dalam pengajuan izin prinsip ke BKPM, sebesar US$ 151,1 Miliar atau sekitar Rp 196,43 Triliun (kurs Rp 13.000,-), dari tujuh sektor yang menjadi fokus BKPM AnD yaitu kelistrikan, hilirisasi pertanian, maritim, industri padat karya, industri substitusi impor, hilirisasi produk tambang dan infrastruktur.
Minat investasi tersebut berasal dari Jepang US$ 10,91 Miliar, Korea Selatan US$ 42,36 Miliar, US$ 83,2 Miliar, Singapura US$ 185 Juta, Taiwan US$ 294 Juta, Australia US$ 353,2 juta, Amerika Serikat US$ 2,34 Miliar, dan negara-negara Eropa sebesar US$ 11,43 Miliar. “Minat investasi sepanjang 6 bulan pemerintahan ini menunjukkan masih tingginya minat investasi ke Indonesia. Kami optimis minat investasi ke depan tetap tinggi menyusul pengakuan lembaga pemeringkat internasional terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Terakhir S&P mengubah peringkat utang Indonesia dari stabil ke positif. Artinya ada kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia. Apalagi jika nanti peringkat Indonesia dinaikkan ke layak investasi,”pungkas Franky.(HN)
Perhitungan kebutuhan minat investasi yang harus dikejar BKPM.Target tersebut memang cukup berat mengingat kondisi perekonomian global yang cenderung melambat. Namun demikian, dirinya tetap optimis bahwa BKPM dapat memenuhinya karena masih tingginya minat investasi ke Indonesia. Dia merujuk kepada hasil kunjungannya ke Jepang, baru-baru ini (25-29 Mei), dimana investor Jepang cukup agresif merencanakan investasi, baik perluasan maupun investasi baru.
Demikian halnya yang dirasakan ketika BKPM melakukan kegiatan pemasaran investasi di Tiongkok Korea Selatan dan Taiwan. “Investor Jepang meminati sektor-sektor baru seperti properti, peternakan, rumah sakit, perkapalan dan lain-lain. Di sektor tradisionalnya seperti otomotif, petrokimia dan baja yang juga mengalami peningkatan melalui perluasan investasi,”tambah Franky.
BKPM, sepanjang periode Oktober 2014-Mei 2015 tercatat mengawal minat investasi yang diharapkan segera masuk dalam pengajuan izin prinsip ke BKPM, sebesar US$ 151,1 Miliar atau sekitar Rp 196,43 Triliun (kurs Rp 13.000,-), dari tujuh sektor yang menjadi fokus BKPM AnD yaitu kelistrikan, hilirisasi pertanian, maritim, industri padat karya, industri substitusi impor, hilirisasi produk tambang dan infrastruktur.
Minat investasi tersebut berasal dari Jepang US$ 10,91 Miliar, Korea Selatan US$ 42,36 Miliar, US$ 83,2 Miliar, Singapura US$ 185 Juta, Taiwan US$ 294 Juta, Australia US$ 353,2 juta, Amerika Serikat US$ 2,34 Miliar, dan negara-negara Eropa sebesar US$ 11,43 Miliar. “Minat investasi sepanjang 6 bulan pemerintahan ini menunjukkan masih tingginya minat investasi ke Indonesia. Kami optimis minat investasi ke depan tetap tinggi menyusul pengakuan lembaga pemeringkat internasional terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Terakhir S&P mengubah peringkat utang Indonesia dari stabil ke positif. Artinya ada kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia. Apalagi jika nanti peringkat Indonesia dinaikkan ke layak investasi,”pungkas Franky.(HN)