Jakarta Forum, Mesin Partai pengusung tak bekerja, Elektabilitas Jokowi-JK Mandek. Lembaga Survey Jakarta (LSJ) mengumumkan hasil survey terbarunya kepada media, yang juga menyimpulkan secara agreaget, mesin partai pengusung Joko Widodo-JK baru bergerak 55,5%, jauh dibawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo-Hatta yang sudah bergerak 70,4%. Dengan fakta ini dapat dimaklumi apabila elektabilitas Joko Widodo-JK cenderung tidak beranjak sejak pasangan tersebut terbentuk dan didukung oleh lima partai politik.
Hasil survey terbaru Lembaga Survei Jakarta (LSJ) menunjukkan bahwa mesin partai-partai politik pengusung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla belum bekerja optimal. Akibatnya elektabilitas pasangan yang diusung koalisi PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura dan PKPI itu cenderung mandek. Di lain pihak elektabilitas Prabowo-Hatta terus melesat jelang pelaksanaan Pilpres yang tinggal hitungan hari lagi.
Lembaga Survey Jakarta |
Menurut temuan LSJ, baru mesin PDI Perjuangan yang sudah berhasil menggerakkan konstituennya mendukung Joko Widodo-JK. Sementara empat partai pengusung lainnya belum ada satu pun yang bekerja optimal. Konstituen Partai Nasdem, misalnya, baru 48,3% yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK, sedangkan konstituen PKB baru sebesar 46,3%.
Bahkan sebuah fenomena menarik yang ditemukan dalam survey ini, konstituen Partai Hanura justru lebih banyak yang akan memilih pasangan Prabowo-Hatta dari pada Joko Widodo-JK. Sebanyak 52,4% pemilih Partai Hanura pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta dan hanya 47,6% yang akan memilih Joko Widodo-JK pada Pilpres 9 Juli 2014. Sikap Wiranto yang “menyerang” Prabowo beberapa waktu lalu, justru membuat sebagian konstituen Partai Hanura tidak bersimpati terhadap Ketum Partai Hanura tersebut dan mengalihkan dukungannya kepasangan Prabowo-Hatta.
Di lain pihak, Di kubu Prabowo-Hatta, hampir semua mesin partai pengusung telah bekerja optimal menggerakkan konstituennya. Menurut temuan LSJ, tinggal mesin Partai Golkar dan PPP yang belum bekerja maksimal menggerakkan konstituen partainya. Baru 49,5% pemilih Partai Golkar pada Pileg 9 April 2014 yang mengaku akan memilih pasangan Prabowo-Hatta. Sedangkan PPP baru 54,5% konstituennya yang akan memilih Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti.
Kurang maksimalnya dukungan konstituen Partai Golkar boleh jadi disebabkan adanya “perpecahan” di tubuh partai pohon beringin tersebut. Seperti sudah umum diketahui, keputusan JK menjadi cawapres Joko Widodo sedikit banyak membawa penumpang gerbong Partai Golkar, baik di tingkat DPP maupun di akar rumput.
Partai Demokrat Solid
Jelang pelaksanaan Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan suplemen baru dengan bergabungnya Partai Demokrat secara formal dalam Koalisi Merah Putih. Sebelum deklarasi bergabungnya Partai Demokrat, survei LSJ sudah mengindikasikan bahwa mayoritas konstituen partai berlogo tiga berlian itu cenderung memilih Prabowo-Hatta dari pada Joko Widodo-JK.
Jika Pilpres dilaksanakan hari ini (saat survey dilakukan), sebanyak 48% pemilih Partai Demokrat pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Hanya 34% yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK dalam Pilpres 9 Juli nanti dan sisanya (18%) belum dapat memutuskan memilih pasangan mana.
Jika kita mengacu pada perbandingan persentase dukungan konstituen partai-partai pengusung kedua pasangan tersebut di atas, dapat diprediksikan bahwa peluang Prabowo-Hatta untuk memenangkan Pilpres 2014 lebih besar dari pada Joko Widodo-JK. Apalagi tren elektabilitas Prabowo-Hatta cenderung mengalami kenaikan signifikan dari waktu ke waktu, sementara tren elektabilitas Joko Widodo-JK terus mengalami penurunan atau paling tidak cenderung mandek.
Akan tetapi, mengingat pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) yang ditemukan dalam survey ini masih cukup signifikan (11,2%), maka segala kemungkinan tentu masih bisa terjadi. Bisa saja jika Tim Pemenangan Prabowo-Hatta lengah dan terlena dengan peningkatan elektabilitasnya, pasangan Joko Widodo-JK bisa menyodok menjadi pemenang pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti. - Mesin Partai pengusung tak bekerja, Elektabilitas Jokowi-JK Mandek.
Hidayat Nur/ Jakarta Forum